Wednesday 27 July 2016

[FF] Always

Sebelumnya, maaf kalo ffnya gak perfect. :)

Yuna melangkah masuk ke kelas, sebelum sampai di kelas, yuna melihat 1 laki-laki yang sepertinya dia kenal. Saat itu lah pertamakalinya yuna bertemu dengan Eli “sepertinya aku pernah melihatnya” kata hati yuna.  Jam menunjukkan pukul 21.20, waktunya pulang dari kampus yang sangat padat jika semua kelas di dalam gedung tersebut keluar pada saat bersamaan, berdesak desak turun tangga, ada yang menyelip di sela sela agar cepat turun dan pulang. Malam itu Yuna dan Eli bertemu lagi di tangga turun.
“brummm” suara mobil yuna saat dihidupkan, I’m only one call away I’ll be there to save the day superman got nothing on me, I’m only one call away , lagu di radio menemani yuna di jalan pulangnya. Hanya butuh 15 menit diperjalanan dari kampus ke rumah yuna.  Yuna anak pertama dari pasangan suami isti jungmin dan naeun, yang telah meninggal akibat kecelakaan. Sejak umur 17 tahun yuna sudah ditinggal oleh orang tuanya. Yuna hidup sendirian dengan dibekali rumah dan mobil oleh orang tuanya. Walaupun hidup sendirian tetapi yuna selalu ditemani teman-temannya.

    “ahhh, lelahnyaaaaa” teriak yuna sambil menjatuhkan tubuh kecilnya itu ke kasur kesayangan yang tiap pagi membuatnya tak ingin berpisah. “eli, sepertinya laki-laki tadi namanya eli” ucapnya sambil mengeluarkan hp Samsung S6 Edge nya, diketiknya nama itu di friendlist nya , muncul 1 nama dan photo profile. “benar kan ini dia” tebakan yuna benar
“kau yang tadi di depan kelas ku kan?” tanyanya ke laki-laki bernama Jung Eli. 15 menit kemudian, “kring” hp yuna berbunyi menandakan ada pesan masuk. Eli : “ahhaha, iyaa. Kau tak mengenali ku?”. “sepertinya aku pernah melihat mu” balas yuna. “hahaha sungguh terlalu kau tak dapat mengenali ku selama ini” balasnya. “maaf aku orangnya benar-benar pelupa” jawab yuna malu. Sejak itu yuna dan eli dekat, dekat dan semakin dekat. Setiap ketemu di kampus mereka saling menyapa dan berbincang.
Brakkk. Suara tabrakan terdengar. “ada seorang gadis ditabrak lari didekat kampusnya” seru orang-orang disekitar kampus. “Eli, Yuna.. yunaa….” Seru Kevin, teman sekelas eli. “yuna kenapa?” Tanya eli dengan penuh kekhawatiran. “yuna kecelakaan, pas dia mau nyebrang, ada mobil yang melaju ke arahnya, setelah itu mobil itu lari” jelas Kevin. Tanpa basa-basi eli segera lari ketempat yuna. “yuna sudah dibawa kerumah sakit, rumah sakit Guram” sahut Dasom sahabat yuna menyahut eli di pertengahan jalan.
Segera Eli melajukan mobilnya menuju rumah sakit Guram yang tak terlalu jauh dari kampusnya tersebut. “Yuna, pasien tabrak lari di kampus…..” sebelum eli menyelesaikan perkataannya, gadis dengan tubuh kurus, putih dengan kemeja putih yang dilumuri darah itu lewat, “apa anda wali dari saudari yuna?” Tanya salah satu suster di rumah sakit itu, “iya, saya walinya.”jawab eli dengan lemah, eli tak sanggup melihat tubuh mungil itu berlumuran darah. “pasien mengalami luka dibagian kaki dan tangan, serta kepala. Oleh karena itu, kami perlu menjahit beberapa luka tersebut. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan” penjelasan suster itu. “setelah pasien sadar, pasien boleh pulang” tambahan suster itu. “terima kasih suster” jawab eli sedikit lega. Eli duduk disebelah yuna sambil menahan tangis. “hmmm.. dimana aku?” Tanya yuna yang sudah mulai sadarkan diri dan ingin segera berdiri. “dirumah sakit, sebaiknya kau baring saja dulu, kau harus banyak istirahat” jawab eli benar-benar lega setelah yuna sadarkan diri. “eli, aku ingin pulang. Aku tak ingin berada disini. Eli, antarkan aku ke rumah ku, Aku ingin pulang ” seru yuna sambil menangis, yuna mengingat bagaimana kedua orang tuanya terkapar di rumah sakit. “yasudah, aku antar”jawab eli.
Sesampainya dirumah, “masuk lah, aku pergi setelah kamu masuk” ujar eli. “eli, mau temani aku sebentar saja?”Tanya yuna. “baiklah, aku temani” jawab eli sambil membopong tubuh mungil itu memasuki kamar yang dihiasi wallpaper bergambar gajah dan pink terang polos. “aku tinggal sendiri saja. Orang tua ku sudah meninggal sejak aku kecil, aku tak punya saudara. Terkadang aku merasa sangat kesepian” yuna bercerita. “ah maaf, tak seharusnya aku menceritakan nya, apa kau ingin minum? Biar aku amb…” sebelum yuna menyelesaikan pertanyaannya, bibir eli sudah meraih bibir yuna. “aku hanya membutuhkanmu” nyata eli. 20 detik, 30 detik, 40 detik terlewati.  “aku mencintaimu” ucap eli kepada yuna. “aku juga” balas yuna sembari memperdalam ciuman itu.
Beberapa hari telah lewat,  yuna terus memikirkan kejadian hari itu. Sampai suatu hari, “yuna, aku rasa kita cukup berteman seperti biasa saja” kata eli seketika. “kenapa? Kenapa begini?” seru yuna. “maafkan aku, aku yakin suatu saat kau akan mengerti” kata eli terakhir kalinya. Sejak saat itu, eli dan yuna tidak pernah saling menyapa lagi saat bertemu.
Ujian hari pertama, yuna yang sudah mengerjakan ujiannya terlebih dahulu pergi mencari jieun, teman paling baiknya dikampus, saat melewati toilet, yuna dan eli berpas-pasan. “kau sudah selesai ujian?” Tanya eli. “sudah” jawab yuna. “Kenapa kau harus menyapa ku” seru yuna dalam hati.
“aku terus memikirkan mu, yuna” kalimat eli yang membuat yuna kembali menaruh harapan kepada eli, “maaf aku meninggalkan mu tanpa alasan yang jelas, aku ingin kita balik seperti dulu lagi. Aku janji tak akan meninggalkan mu lagi” lanjut eli, yang akhirnya membuat yuna mengatakan iya.
                Hari demi hari, yuna dan eli kembali seperti dulu, tetapi tak sedekat dulu. “aku lelah eli, kita benar-benar lebih cocok berteman dari pada seperti ini, aku tak sanggup seperti ini, kau selalu aktif di tempat lain tetapi untuk mengabari ku saja sepertinya susah, apa kau hanya mencari ku saat kau memerlukan ku?” ucap yuna, tak ada satu katapun terucap dari eli. Dan akhirnya mereka berpisah lagi untuk kedua kalinya.
                Pertemuan 14, di hari itu, kelas yuna dan eli dekat. Saat yuna buka pintu kelas, ia mendapatkan eli sedang menoleh ke arah kelasnya, eli yang kaget langsung berbalik badan dan masuk ke kelasnya. Yuna yang sedari tadi terdiam di depan pintu kelasnya, segera menutup pintu. 10 menit lewat, dosen belum juga datang, “aku ketoilet dulu ya” ucap yuna kepada dasom. Saat yuna keluar kelas, eli sedang bersender di depan kelasnya. “ahh” yuna terdorong kea rah oleh 2 orang yang sedang bergurau di depan pintu kelas seberang, kelas eli. Dengan segera yuna berlari menuruni anak tangga, dari lantai 4 ke lantai 1, dimana toilet satu-satunya berada. Setelah itu, yuna pelan-pelan menaiki anak tangga yang tak begitu banyak tapi sangat melelahkan. sampainya yuna di anak tangga paling atas, saking lelahnya yuna berdiri sebentar di situ, saat itu juga eli keluar kelas dan mendapati yuna berdiri.
                Dua kali, tiga kali eli bolak balik naik turun melewati yuna yang sedang sendiri berdiri di koridor depan kelasnya itu, bahkan saat dosen eli datang ia masih juga keluar masuk kelasnya. Tak lama kemudian dosen yuna datang. Saat itu lah pertemuan terakhir eli dan yuna

                “letting go is hard, but sometimes holding on is harder” kata yuna dalam hati. “I love you, I miss you, I can’t stop thinking about you but I remember  we’re not meant to be.” Kata eli dalam hati.

THE END

maaf klo ffnya kurang menarik.

No comments:

Post a Comment